TEORI PENDIDIKAN
Jika membicarakan tentang
teori pendidikan, maka akan berkaitan
dengan bagaimana sebuah proses pendidikan dijalankan, siapa yang akan menjadi
target pendidikan, melalui
cara apa selama proses pendidikan berlangsung, dan bagaimanakah pengembangan dalam pendidikan tersebut. Di dalam nuansa kependidikan, manusia adalah sasaran
pendidikan sekaligus subjek pendidikan. Pendidikan membantu manusia dalam menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang ada dalam dirinya. Hal ini dikarenakan
pendidikan tidak bisa lepas dari bayangan
masyarakat, karenanya proses pendidikan perlu memperhatikan keberadaan dan juga perkembangan dari masyarakat serta lembaga lain baik itu langsung
maupun tidak langsung. Karena hal itu berpengaruh terhadap kelangsungan Pendidikan termasuk dengan kebijakan
dan politik pendidikan. Pengertian teori pendidikan itu sendiri adalah suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi dan atau digunakan dalam proses
belajar mengajar. Teori pendidikan berasal dari
tahap pengamatan atau eksperimen melalui metode yang sistematis terhadap proses pendidikan yang ada. Dengan kata lain, teori pendidikan merupakan pandangan atau sebuah serangkaian pendapat yang berkaitan
dengan pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem
konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan merupakan
landasan dalam pengembangan praktik-praktik pendidikan, misalnya
pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar,
dan manajemen sekolah.
Kurikulum dan pembelajaran memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum dan rencana pembelajaran disusun dengan mengacu
pada teori pendidikan.
Dalam sebuah teori pendidikan memiliki pembahasan-pembahasan yang penting (Rozycky, 1999), antara lain :
1.
Pembahasan tentang target dan sasaran pendidikan
dan peluang serta kesempatan belajar.
2. Pembahasan mengenai konsep dan hakikat belajar, bagaimana siswa itu belajar, apa tujuan dari belajar, metode belajar, konten, serta proses pembelajaran.
3. Pembahasan tentang hakikat peserta didik dari sisi kemanusiaan, peran dan posisi peserta didik dalam pendidikan, potensi manusia belajar, dan bagaimana manusia dengan potensinya dapat berkembang melalui dunia pendidikan.
4. Pembahasan mengenai konsep dan jenis pengetahuan, pengetahuan seperti apa yang akan ada di dalam sebuah proses pendidikan, bagaimana sebuah pengetahuan itu ditemukan, apa perbedaannya dengan keyakinan (asumsi awal) atau pendapat, dan seterusnya.
5.
Pembahasan mengenai nilai apa yang
layak dalam sebuah proses pendidikan. Nilai ini akan berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan apa yang layak dipelajari dan apa
tujuan serta arah dari pendidikan tersebut.
I. Teori Teori Pendidikan
Ada 4 teori pendidikan, yaitu :
1.
Behaviorisme
Teori pendidikan behaviorisme ini berlandaskan pada filsafat klasik. Fungsi filosofis dari behaviorisme adalah nature of human being (manusia tumbuh secara alami).
Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada
proses. Oleh karena itu, aliran ini
berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap
perubahan tingkah laku. dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar
akan berubah kalau ada stimulus
dan respon. Stimulus
dapat berupa perilaku yang
diberikan kepada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa.
Jadi, menurut teori behaviorisme ini pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. Tokoh-tokoh pada aliran behaviorisme antara
lain Pavlov, Watson, Skinner, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Thorndike.
2. Kognitivisme
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi- potensi tertentu. Pada teori ini pendidikan harus dapat mengembangkan potensi- potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik tersebut. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which will learn (pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran). Teori kognitif menekankan pada ilmu pengetahuan yang dibangun dalam diri siswa melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungannya. maka dari itu materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik itu sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Peserta didik merefleksikan terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, lambat laun ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan dan perhatian pada teori ini terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa. Jadi, menurut teori kognitivisme ini pendidikan dihasilkan dari proses berpikir.
3.
Humanistik
Teori humanistik yaitu suatu konsep pendidikan yang
bertitik tolak dari pemikiran manusia
sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja
sama dengan manusia
lain. pada dasarnya
teori ini memiliki
tujuan yaitu untuk memanusiakan
manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil jika si pembelajar telah memahami lingkungannya dan juga dirinya
sendiri. pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga
berintikan kerjasama dan interaksi. Teori ini
menekankan interaksi 2 pihak, yaitu dari pendidik
kepada peserta didik dan sebaliknya, yaitu dari peserta
didik kepada pendidik.
Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa dalam mengembangkan dirinya
yaitu membantu masing-
masing individu untuk lebih mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi potensi yang ada di dalam diri mereka. Pendekatan humanistik menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utamanya untuk menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, ataupun hambatan-
hambatan, dan gangguan
yang dihadapi manusia.
Peserta didik didorong
untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak
dan bekerjasama dalam memecahkannya. sejarah
singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan yang positif.
keterampilan atau kemampuan membangun
diri secara positif
ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya
dengan keberhasilan akademik.
4.
Konstruktivisme
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep yang baru dan pengetahuan yang baru berdasarkan data. Pendekatan ini lebih mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi ataupun kemampuan-kemampuan praktis dari pada pengawetan dan pemeliharaan budaya alam. oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahkan pola-pola kegiatan secara efisien agar keterampilan keterampilan barunya itu dapat segera digunakan dalam masyarakat. Pada pendekatan ini pendidik berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning) lebih banyak tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah peserta didik perlu menguasai bagaimana caranya belajar. Maka dari itu, peserta didik dapat menjadi pembelajaran mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan.
II. Pilar-pilar Pendidikan
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
pembelajaran merupakan aktivitas yang
paling utama. Hal ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Institusi pendidikan harus dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang menurut UNESCO bertumpu pada 5 pilar
pendidikan yang bisa diterapkan di dunia pendidikan,
yaitu :
1. Learning to know. Yaitu proses belajar dimana peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat memahami makna dibalik materi ajar yang telah diterimanya. Dengan pilar learning to know ini, kemampuan menangkap peluang untuk melakukan pendekatan ilmiah diharapkan bisa berkembang yang tidak hanya melalui logika empirisme semata, namun juga secara transcendental yaitu kemampuan mengaitkannya dengan nilai-nilai spiritual. peserta didik dibekali dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan intelektualitasnya.
2. Learning to do. Merupakan konsekuensi dari learning to know. Kelemahan model pendidikan dan pengajaran yang selama ini berjalan adalah terlalu banyak mengajarkan materi namun kurang menuntun orang untuk berbuat atau praktik. Pilar learning to do ini mempunyai makna bahwa setelah atau bersamaan dengan peserta didik mendapat pembekalan pengetahuan ia harus menerima pula bekal berikutnya yaitu kemampuan yang bersifat keterampilan dalam mengerjakan sesuatu yang tercakup dalam ranah psikomotor. Pilar ini mendorong peserta didik agar terus belajar bagaimana menumbuhkembangkan kerja juga bagaimana mengembangkan teori ataupun konsep.
3. Learning to be. Merupakan pembekalan untuk menyempurnakan 2 pilar sebelumnya, yaitu bahwa setelah peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan. Langkah selanjutnya tentunya dengan berbekal ilmu pengetahuan dan teknologi, maka si pemilik ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus dapat mendayagunakan nya untuk tercapainya kemanfaatan. Learning to be akan menuntun peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya.
4. Learning to live together. Mengajarkan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia. Pilar learning to live together ini merupakan upaya memadukan ketika pilar yang terdahulu dan terimplementasikan dalam kehidupan nyata di masyarakat.
5. Learning how to learn. Pilar ini akan membawa peserta didik pada kemampuan untuk mengembangkan strategi dan kiat belajar yang lebih kreatif, inovatif, independen, efektif, efisien, dan penuh percaya diri. Karena, masyarakat adalah learning society atau knowledge city. Orang-orang yang mampu menduduki posisi sosial yang tinggi dan penting adalah mereka yang mampu belajar terus menerus.
Referensi
http://www.ejournal.ihdn.ac.id/index.php/JPM/article/viewFile/40/49
http://restuwijayanto.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/2030/2015/11/Edisi- 05-Teori-Pendidikan.pdf
http://rajanarai.blogspot.com/2012/11/teori-teori-pendidikan.html https://elanurainiblog.wordpress.com/2016/04/09/teori-teori-pendidikan/ https://www.padamu.net/pengertian-teori-pendidikan
Komentar
Posting Komentar