IDI (1) : 3 Ilmuwan Muslim Yang Berpengaruh Di Dunia

        Islam menempatkan nilai yang tinggi pada penalaran. Begitu tingginya, sehingga akal memainkan peran yang sangat penting dalam perjuangan wacana Islam. Sebagai hasilnya, rasionalitas sering kali dipasangkan dengan wahyu dalam banyak situasi dan argumen. Hal ini ditunjukkan dalam sejarah Islam dengan penyebaran pengetahuan di berbagai bidang dan penciptaan ratusan, bahkan ribuan, intelektual Muslim.

        Umat Islam mengalami masa keemasan selama abad ke-8 dan ke-12 Masehi. Ini adalah periode di mana ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang pesat dan mencapai puncaknya. Umat Islam menjadi terkenal selama periode tersebut karena penekanan mereka tidak hanya pada agama tetapi juga pada ilmu pengetahuan umum dan alam. Dibalik dari zaman keemasan islam tersebut, pastilah ada banyak ilmuwan yang berkontribusi didalamnya. Berikut ini adalah 3 contoh ilmuwan muslim yang berpengaruh di dunia:

       1.      Az-Zahrawi

Az-Zahrawi memiliki nama lengkap Abu Al-Qasim Khalaf Ibn Al-‘Abbas AzZahrawi. Beliau lahir di Madinatu Az-Zahra, sebuah daerah di dekat Kordoba, Spanyol, pada 936 M.

Az-Zahrawi dianggap sebagai "Bapak Bedah" dan otoritas medis dalam Islam abad pertengahan. Kontribusinya terhadap kemajuan ilmu bedah sangat signifikan. Ia tidak hanya mengembangkan proses dan metode bedah modern, tetapi juga berbagai alat dan teknologi bedah. Oleh karena itu, beliau dijuluki sebagai "Bapak Bedah". Karya dan gagasannya secara umum diterima oleh para dokter di Barat.

Kompilasi teknik medisnya yang terdiri dari 30 jilid, Al-Tasrif, adalah karyanya yang paling terkenal. Berdasarkan penelitian dan pengalaman bedah Az-Zahrawi, Al-Tasrif adalah kompilasi praktik medis. Karya tiga puluh jilid ini memandu para peneliti medis dan ahli bedah dalam kemajuan kedokteran, khususnya pembedahan.

2.      Al-Buzjani

Muhammad  bin  Muhammad  bin  Yahya  bin  Ismail  bin al-Abbas   Abu   Wafa’al-Buzajani merupakan   nama lengkap Abu Wafa’, seorang astronom dan matematikawan Arab terbesar sepanjang masa, Abu Wafa' al-Buzajani, yang membuatnya begitu terkenal. Dia memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan peradaban Islam sepanjang hidupnya. Pada tanggal 10 Juni 940 Masehi, atau 1 Ramadan 328 Hijriah, Abu Wafa dilahirkan di daerah Buyu'a. Abu Wafa awalnya belajar matematika di bawah bimbingan dua pamannya, Abu Abdullah Muhammad bin Anbasa dan Abu Amr Al-Mughazili. Dia pindah ke Irak pada tahun 348 H/ 959 M untuk mempelajari gerakan bintang, dan dia tinggal di Baghdad hingga wafatnya pada bulan Rajab tahun 388 H/ Juli 998 M. Abu Wafa terkenal dengan kontribusinya dalam bidang matematika dan astronomi.

Dia menulis karya-karya berikut ini: 1. "Fi ma Yahtaj ilayh al-Kuttab wa al-Ummal min Ilm al-Hisab," juga dikenal sebagai "Al-Manazil fi al-Hisab" oleh Ibnu al-Qifti. Kitab "Al-Kamil" mirip dengan "Almagest". Bagian-bagian dari buku ini diterjemahkan oleh Carra de Vaux pada tahun 1892. Kitab "Al-Handasah" ditulis dalam bahasa Arab dan Persia. "Al-Handasah" sama dengan kritik F. Woepke terhadap "Book of the Geometrical Construction".

Selain tulisan-tulisan ini, Abu Wafa' mengomentari karya-karya Al-Khawarizmi dan matematikawan Yunani seperti Euclides dan Diophantus, dan dia menciptakan tabel astronomi yang dikenal sebagai "Al-Wahid," yang tidak lagi ada. Namun, di Florence, Paris, dan London, tabel yang dikenal sebagai "Az-Zij ash-Shamil" kemungkinan besar didasarkan pada tabel Abu Wafa. Abu Wafa' adalah seorang astronom dan ahli matematika, tetapi kontribusinya yang paling menonjol adalah pada kemajuan trigonometri. Dia berhasil memperbaiki teorema trigonometri bola Menelaus, yang dikenal sebagai "Aturan Empat Besaran" atau “Rule of The Four  Magnitudes”, yakni: 𝑆𝑖𝑛𝑎𝑆𝑖𝑛𝑐=𝑆𝑖𝑛𝐴1, dan teorema tangen: 𝑡𝑔𝑎:𝑡𝑔𝐴=𝑆𝑖𝑛𝑏:1,  Abu Wafa’ mengambil kesimpulan dari rumus tersebut: 𝐶𝑜𝑠𝑐=𝐶𝑜𝑠𝑎.𝐶𝑜𝑠𝑏. Selain menggunakan secan dan cotang dalam trigonometri dan penelitian astronomi, ia adalah orang pertama yang menerapkan postulat Sinus pada sudut miring segitiga bola dan berkontribusi pada pengembangan metode penghitungan Sin 300. Selain itu, pada tahun 978 M, Abu Wafa menemukan sebuah hipotesis yang dikenal sebagai "Variasi" atau jalur ketiga bulan di Eropa. Teori astrologi al-Battani dilanjutkan dan dikembangkan dalam teori ini.

3.      Al-Zarqali

Al-Zarqali, juga dikenal sebagai Abu Ishaq Ibrahim Ibn Yahyaan-Naqqasy al-Qurthuby al-Andalusy (wafat 480 H/1087 M), adalah seorang matematikawan dan astronom terkenal di wilayah Andalusia-Spanyol pada awal abad ke-11 Masehi. Pada tahun 420 H/1029 M, Al-Zarqali lahir di Cordova, Spanyol. Meskipun lahir di Cordova, ia menghabiskan sebagian besar waktunya di Toledo. Al-Zarqali terkenal dengan pengamatannya terhadap benda-benda langit dan kemahirannya dalam menggunakan berbagai alat astronomi.

Astrolabe Universal, kadang-kadang disebut sebagai ash-Shahifah az-zarqaliyyah (lempeng zarqali), adalah ciptaan terkenal dalam bidang peralatan astronomi yang ia ciptakan. Penemuan ini merupakan perbaikan dari Astrolabe tradisional. Dia juga menciptakan tabel astronomi di Toledo, selain Astrolabe Universal. Al-Mukhtasshah fi Qiranat al-Kawakib 'ala Thariqah Ashab al-Mutsallasat dan al-Maqalah az-Zarqaliyyah fi Tadbir al-Kawakib merupakan dua dari beberapa karyanya.


Sumber: 

Maula, I., Pambudi, A. S., & Rohmah, Z. (2018). Perkembangan matematika dalam sejarah peradaban islam. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains1, 115-119.

Febryan, H. J. (2018). Ilmuwan-Ilmuwan Muslim dan Kontribusinya dalam Perkembangan Peradaban Dunia. Jurnal Theologia11.

Hadi, I. (2022). Studi Analisis Akurasi Perhitungan Awal Waktu Shalat Menggunakan Universal Astrolabe. AL-AFAQ: Jurnal Ilmu Falak Dan Astronomi4(1), 129-156.

 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH PENERAPAN ILMU MATEMATIKA DALAM DUNIA ISLAM

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 94 Jakarta dan Malahayati Islamic School